Secangkir Kopi

Kopi. Pekat.
Sepekat hitam rambutmu yang tak pernah bosan kulihat.
Sepekat hitam bola matamu, yang...entahlah.....memikat.
Sepekat rindu ini yang semakin lama semakin menjerat.
Pekat. Gelap dan terlihat jahat.
Pekat. Benarkah itu kau, yang kulihat?
Kopi. Kental.
Sekental perasaanku yang semakin lama semakin tebal.
Sekental sikapmu yang terus terang saja, menjatuhkan mental.
Kental. Sulit jatuh dan membuatku kesal.
Kental. Masihkah senyum mu itu mahal?
Kau itu aneh. Seperti mudah ditebak tapi sebenarnya tidak.
Seperti secangkir kopi hitam yang dasarnya tak tampak.
Mencintaimu itu rasanya seperti kopi.
Pahit, namun mampu membuat candu.
Kalau benar mencintaimu itu seperti kopi,
haruskah kuteguk langsung ketika panas?
ataukah harus kutiup sedikit demi sedikit lalu kuteguk perlahan?
atau haruskah kutunggu dingin hingga cangkir pun perlahan menatapku bosan?
atau.....
haruskah kuteguk?
haruskah?



Senin, 27 Mei 2013
Amanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar